Sunday, November 16, 2008

PESTA MAKANAN SERANTAU (HIDUP BAKSO INDONESIA!)













































Sintok-Kedah November 2008

Saat itu pertengahan Oktober 2008, entah dari mana datangnya ide ini, ”JUALAN BAKSO” dalam rangka Pesta Makanan Serantau selama tiga hari berturut-turut. Acara ini diadakan dalam rangka pengesahan Kolej Dewan Penginapan Pelajar Bank Rakyat sebagai pengganti Kolej Bukit Kachi I. Mahasiswa yang ada disini boleh berpartisipasi dengan cara membuka kaunter makanan.

Inilah Akhmad Farhan, sahabatku yang juga sama-sama dari sahid menerima beasiswa Dual Degree Universitas Sahid & Universiti Utara Malaysia dengan idenya yang cemerlang membuat bakso ala dirinya, tentunya resep telah di uji coba di dapur istrinya Farhan di Tanggerang bersama ketiga anaknya. Katanya ”Ini resep istriku, dan anak-anakku sangat menyukainya, karena bebas MSG”

Buka kaunter di Pesta Makanan Serantau ternyata tidaklah mudah, terutama untuk masalah modal. Jujur saja, membuat bakso butuh modal untuk membeli bahan-bahan dan tek-tek bengek lainnya. Tapi untunglah, seorang Cik dari Malaysia namanya Cik Rizal yang siap membantu buka kaunter Bakso Indonesia. Bukan hanya modal untuk bahan-bahan untuk membuat bakso yang ia berikan, tapi rumah yang cukup nyaman di Changlun dia pinjamkan kepada kita untuk mengolah ”Bakso ala Farhan”

Farhan siap jadi manager sekaligus tukang ambil air

Hari Pertama Bakso Indonesia terjual laris, saat itu hanya membuat satu kilo daging sapi saja. Tidak terduga, bakso terjual hanya dalam waktu dua jam-an. Kami berdelepan bagi-bagi tugas secara teratur. Ati bagian kasir,Indah yang merebus sayuran dan mie, Samuel dengan cekatannya memasukkan kuah ke dalam plastik, sementara aku bagian depan menggabung bahan inti mie, saus, bawang goreng, seledri tentunya di bantu Alma. Yang lainnya Dewi dan Abi sebagai marketing. Dan Farhan sang pencetus ide berdiri sambil memantau barangkali apa yang kurang selama melayani pembeli. Inilah tugas tambahannya mengambil air dari arah mesjid untuk menjaga kuah bakso tetap stabil, baik jumlah maupun rasanya.

Waaah,....SERU DI HARI KEDUA

Di hari kedua, kita mencoba meningkatkan produktifitas menjadi dua kilo gram daging (Aduh sok tahu teori produktifitas dech!). Seperti halnya hari pertama, bakso pun terjual laris. Ada hal yang sangat menarik, segmentasi pasar untuk bakso bisa dilihat sangat jelas. 90% pembeli bakso adalah orang Malaysia, dan katanya referensinya dilihat dari sinetron-sinetron Indonesia yang sering menampilakn abang-abang tukang bakso dengan dorongannya yang khas. Nah......bagi kami tentu hal ini sangat meringankan beban kami dalam marketing. Dengan melihat tulisan ”BAKSO INDONESIA @ RM2.50” yang diketik komputer oleh Ati, orang-orang langsung tertarik dan langsung memesan lebih dari satu porsi. Disitulah pengetahuan kita teruji. Kita harus mengapilikasikan teori management service, teori antrian, bagaimana memberikan kepuasan terhadap pembeli, dan yang paling penting adalah membuat pembeli tidak kecewa. Jurus yang paling tok cer adalah kita tetep menjaga SENYUM dalam keadaan apapun, sehingga pembeli merasa dilayani dengan baik.

TIBALAH HARI KETIGA

Inilah hari terakhir Pesta Makanan Serantau. Dihari ketiga ini, kita dengan optimis menaikkan jumlah produktifitas ladi dibandingkan dengan hari pertama dan kedua, menjadi dua setengah kilo gram. Dan kembali Bakso SOLD OUT, padahal pameran baru berlangsung 2 jam. Farhan menghubungi Cik Rizal, untuk memproduksi bakso lagi karena diprediksi pameran akan berlangsung sampai malam. Pembeli kecewa karena aku harus menempel kata SOLD OUT didepan kaunter dan kutulis ONE HOUR LATER. Maksudnya, kita akan buka lagi satu jam kemudian.

Waktu satu jam kita isi dengan segala persiapan tambahan, termasuk mempersiapkan bahan bakso, sayur dan lai-lain. Setelah semuanya siap, kami segera membuka kaunter kembali.Pembeli kembali berdesak-desakan.Aku jujur merasa kewalahan melayani mereka dan tentunya harus tetep ramah dan menjaga senyum. Dan kembali saat itu Bakso SOLD OUT lagi, sampai kami tak kebagian makan bakso. Kami hanya bisa makan sisa kuah dengan daging yang ada di dalamnya. Dan tidak hanya sampai disitu saja rasa bahagia kami, kaunter kami menerima penghargaan sebagai kaunter yang paling bersih berdasarkan hasil observasi dari panitia. SENANG RASANYA.


THANKS TO....

Terima kasih kepada Cik Rizal atas bantuannya, Farhan dengan idenya, Indah dan Samuel yang selalu berebutan sinduk kuah saat melyani pembeli, Alma yang sigap, Ati yang jeli terhadap penghitungan uang, Dewi dan Abi yang telah membantu marketing, serta teman-teman lainnya seperi Sayid dan Agung dari medan, Moses dari Tanzania yang telah mencoba baksonya, Sauti dan Dewik dari Kambodja yang tetep ikut antri beli bakso, Sarah dan teman-teman Indonesia lainnya yang telah mencicipi bakso, teman-teman baruku Abdullah Khawaja, Bassar, Burhan dari Pelestina yang sudah bersedia datang ke Kachi, Mr. Fadli dari Yaman dan Annas dari Yordania, Emm dari Thailand, teman-teman Malaysia dan rekan mengaji lainnya seperti Syairah dan Ila.

Ini adalah pengalaman yang ”UNFORGETABLE” jualan BAKSO di negeri Jiran (Malaysia)

Saturday, November 15, 2008

Siang itu di Kantin Kachi



Kantin Kachi, Sintok Kedah Malaysia
16 November 2008
15.20 waktu malaysia

Hari ini tepat hari minggu
Negara bagian Kedah tak libur dengan aktifitasnya
Bis penghantar mahasiswa bergerak menuju kampus
Mahasiswa menunggu di pelataran halte masing-masing


Aku duduk disini
Persis di area kantin Kachi
Menghadap mesjid
Di depan kanan, sebuah koperasi sibuk melayani pembelinya
Di samping kiri berbagai kaunter makanan berjejer
Ada kaunter nasi dagang/kerabu, Makanan Panas, Minuman, Masakan India, Nasi Campur, Nasi Ayam/Tomato, Masakan Cina
Hanya dua kaunter yang tutup.
Mie sup dan Ice cream


Cuaca cukup panas hari
Duduk di depanku, sepasang Melayu tengah berbincang, entah apa yang mereka perbincangkan


Kantin nampak sepi dibanding menjelang petang pukul enam
Seorang pemilik kaunter masakan China sibuk membersihkan piring dan raknya
Hanya ada satu pembeli aku lihat
Gadis China berambut panjang


Tak ada yang menarik perhatianku di siang ini
Biasanya ada....
Tapi sekarang tak ada, entah kemana mereka
Gerakannya yang lincah, seolah mengusir ketenangan
Sifatnya yang arogan, kadang membuat aku lari terbirit-birit
Ucapannya yang tak jelas, semakin tak bisa menerka apa maksud perkatannya


Terkadang mengamuk secara tiba-tiba
Aku lari ketakutan
Aku tak peduli dengan laptop dan alat tulis yang berserakan di atas meja
Ya Tuhan, ada apa dengan mereka?
Berlari dari meja satu ke meja lainnya


Ya mereka mungkin sebentar lagi akan tiba
Dengan semangat baru
Merekalah MONYET Kachi yang lincah, mengamuk tiba-tiba
Mari selamatkan diri, dari amukannya

APA KABAR VISIT INDONESIA YEAR 2008?

(Teks ditulis tanggal 5 Februari 2008)

Oleh : Titing Kartika (Mahasiswi Pasca Sarjana Universitas Sahid Jakarta)

Tahun 2008 ini, Indonesia mencanangkan sebagai tahun kunjungan Indonesia. Tentunya dengan menyimpna sekian harapan dari dunia pariwisata. Seperti yang disampaikan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Jero Wacik, pada grand launching Visit Indonesia Year (VIY) 2008 pada akhir Desember 2007 lalu mengatakan bahwa,”diharapkan melalui event ini, Indonesia akan menarik kunjungan wisatawan luar negeri sebanyak tujuh juta”. Lalu sudah berapa persenkah target itu dicapai menginjak bulan kedua di tahun ini?

Terlalu dini mungkin untuk menilai keberhasilan event VIY ini, karena kita masih mempunyai kurang lebih 11 bulan lagi mengakhiri 2008. Tapi sampai saat ini belum ada data yang disampaikan ke publik dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang menyampaikan sudah berapa wisatawan asing yang yang berkunjung ke Indonesia terhitung sejak 1 Januari 2008.

Pemberitaan media pun baik media cetak maupun elektronik kini beralih di dominasi oleh berita meninggalnya sang penguasa Orde Baru, Soeharto. Pemberitaan yang menyedot perhatian publik ini cukup fenomenal. Bahkan menurut hasil survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga survey, terjadi peningkatan jumlah penonton televisi yang cukup signifikan seiring dengan kematian Bapak Pembangunan ini. Tidak hanya televisi, beberapa penjual koran yang ditemui saat berjualan mengaku omset penjualan mereka meningkat ketika ada informasi tentang kematian “sang Bapak”.

Berita banjir tahunan yang melanda Jakarta sekarang juga menjadi bahan berita utama yang disampaikan kepada mayarakat. Lalu apa hubungannya dengan VIY 2008? Tentu saja ada. VIY 2008 yang tidak hanya melibatkan Jakarta sebagai ibu kota negara juga melibatkan seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Berbagai jenis acara seni dan budaya akan digelar untuk mengisi tahun Kunjungan tahun ini. Berdasarkan Calender of Events VIY 2008, pada bulan Februari di Jakarta akan digelar Enjoy Jakarta Indonesia Open Golf Festival, serta tetap membuka tempat-tempat pariwisata lain seperti TMII, museum-museum, dll. Mungkin banjir ini hanya sementara, tapi paling tidak ini akan memberikan image kepada wisatawan bagaimana pengelolaan manajemen tata kota Jakarta sebagai pusat ibu kota. Dalam sebuah berita, terlihat seorang turis menaiki truk saat banjir melanda Jakarta hari Jumat kemarin (1 Feb 2008). Kira-kira apa yang ada didalam pikiran si turis tersebut ya? Bisa jadi dia memahami ini sebagai bencana alam atau menyimpan kritikan tentang tata kota yang buruk, atau justru ini adalah bentuk wisata baru yang ada di Jakarta dengan melihat pemandangan banjir di atas truk tinggi di tengah masyarakat yang lagi hiruk pikuk mengamankan anggota keluarga dan barang-barang dengan getek yang tersedia.

Banjir juga mengakibatkan akses transportasi menuju Bandar udara Soekarno Hatta sempat ditutup.Dampaknya, ini menggangu pengunjung yang akan menuju dan tiba di bandara. Padahal kita sangat tahu begitu pentingnya fasilitas bandara sebagia akses keluar masuk baik dari dalam atau ke luar negri.Ketinggian air yang mencapai 1 meter ini tentu melumpuhkan aktifitas normal.Dengan kejadian ini, pemerintah merencanakan untuk membangun jalan layang menuju Bandar Udara Soekarno-Hatta.Dan pastinya pembangunan jalan layang membutuhkan biaya yang sangat besar. Pembangunan untuk bus way pun kini belum tuntas seratus persen. Kita sebagai rakyat biasa hanya berharap apa yang dilakukan pemerintah adalah untuk kepentingan rakyat.

Semoga saja si turis yang ada diatas truk tadi tetap menyimpan image yang positif terhadap Indonesia atas banjir rutin yang melanda Jakarta. Atau lihatlah, Indonesia masih mempunyai tempat-tempat lain yang lebih indah untuk dikunjungi seperti Bali, Tanah Toraja, beberapa heritage seperi candi-candi dan museum yang ada di Provinsi lain. Kita berharap banjir yang terjadi ini tidak mengganggu aktifitas wisatawan, dan pihak-pihak yang terkait mampu mengantisipasi segala kemungkinan buruk, sehingga agenda VIY akan berjalan sesuai dengan visi dan misi yang disampaikan oleh Pak Mentri.Lalu, Apa Kabar Visit Indonesia Year 2008? Semoga tidak terlupakan. Karena bagaimanpun nilai seni dan budaya serta tempat wisata yang ada adalah aset bangsa yang harus dipelihara dan tentunya didukung dengan segala bentuk fasilitas agar bisa dinikmati oleh semua. Dan yang lebih penting adalah bagaimana mempromosikan bangsa ke dunia Internasional agar Indonesia tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain

ORANG KITA (INDONESIA) DI MATA ORANG MALAYSIA

Oleh: Titing Kartika

(Mahasiswa Master of Business Administration Tourism and Hospitality Management, Universiti Utara Malaysia)

November 2008

Mengunjungi Malaysia adalah sesuatu yang menarik. Negara serumpun dengan Indonesia yang memiliki nilai persamaan dari akar budaya dan bahasa. Tentu saja perbedaan pun tetap ada walau kita dinyatakan serumpun. Sejarah panjang telah menceritakan kepada kita bagaimana terbinanya hubungan dekat antara Indonesia-Malaysia dalam berbagai bidang seperti pendidikan,budaya, informasi dan teknologi serta bidang-bidang lainnya. 31 Agustus 2008 adalah hari kemerdekaan Malaysia yang ke 50, sementara Indonesia telah menginjak masa kemerdekaannya yang ke 63. Dari segi hitungan tahun, Indonesia 13 tahun lebih lama menikmati masa kemerdekaannya dari tangan para penjajahan. Tetapi bukan jaminan juga semakin lama suatu negara bebas dari penjajahan, negara tersebut akan lebih maju. Ada bentuk penjajahan-penjajahan lain yang lebih berbahaya contonya penjajahan intelektual.

Mari kita lihat sejenak negara Malaysia. Dari segi pendidikan, saat ini Malaysia jauh lebih berkembang pesat daripada Indonesia. Sering menjadi pembahasan di lingkungan akademik di Malaysia adanya ungkapan ”Dulu orang Kita yang belajar ke Indonesia, tapi kini orang Indonesia lah yang belajar ke negeri kita”. Sedikit evaluasi dari ungkapan itu menunjukan bahwa telah terjadi kemajuan yang yang signifikan pada dunia pendidikan di Malaysia, dan saatnya orang kita tidak mau ketinggalan untuk memajukan bangsanya.

Dalam pidatonya Kedutaan Besar RI untuk kerajaan Malaysia Prof. Dr. Dai Bachtiar dalam memenuhi undangannya dari Universiti Utara Malaysia (September 2008) menyatakan terdapat dua juta mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan untuk jenjang S1, S2 dan Program S3 di Malaysia. Dan dari tahun ke tahun jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar disini terus meningkat. Sebagai pesan tambahan sebagai amanah bangsa, Pak Dubes mengingatkan kami (Mahasiswa Indonesia) untuk tetap menjaga martbat bangsa yang semua itu bisa ditunjukkan dengan sikap ramah tamah kita.

Lalu, bagaimana persepsi umum orang malaysia terhadap orang Indonesia? Ada opini publik yang kurang enak di dengar di negeri ini tentang orang kita, yakni orang Indonesia sangat di underestimate (direndahkan) oleh orang Malaysia karena perkara sebuah image. Sangat bisa dimengerti mengapa persepsi image itu muncul. Tentunya karena munculnya orang Indonesia yang telah bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Kita tidak bisa menutup mata jumlah tenaga kerja yang ada di Malaysia semakin hari semakin bertambah. Belum lagi bagi mereka tersangkut masalah ilegalitas sebagai tenaga kerja di luar negeri.Bertambah malanglah nasib mereka. Dapat disimpulkan jumlah tenaga kerja di Malaysia melebihi jumlah pelajar. Mereka yang bekerja tersebar ke barbagai profesi kerja; pekerja buruh di pabrik-pabrik dan sebagian besar menjadi pembantu rumah tangga. Image ”pembantu rumah tangga” inilah yang menjadikan orang Malaysia terkadang melihat orang kita sebagai kuli pembantu dengan status sosial yang sangat rendah. Padahal jika kita mau melihat lebih jauh, orang Indonesia di Malaysia juga ada yang bekerja sebagai dosen di beberepa kampus terkemuka. Tercatat ada kurang lebih lima orang dosen Indonesia yang sudah lama mengabdi mengajar di Universiti Utara Malaysia, belum lagi dosen Indonesia yang mengajar di Universiti Sains Malaysia (USM), Universiti Malaya (UM), Universiti Teknologi Mara (UTM) dan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Jumlahnya memang masih sedikit dibanding mereka yang bekerja sebagai tenaga kerja sebagai pembantu rumah tangga.

Persepsi ”TKI” sangat buruk bagi TKI sendiri

Ada kejadian yang sangat menarik, ketika kami memenuhi undangan buka puasa bersama seluruh mahasiswa di Malaysia bagian utara di Universiti Sains Malaysia (USM). Perjumpaan kami dengan warga negara Indonesia yang lain saat itu memberikan atmosphere yang sangat menyenangkan. Beberapa rekan dari berbagai Universitas saling berkenalan dan disitulah kami merasakan kebersamaan yang cukup dekat. Tidak hanya dari kalangan mahasiswa yang hadir tetapi juga dari beberapa TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dari kawasan Relau. Relau adalah satu wilayah dimana banyak sekali warga Indonesia tinggal disana dan bekerja sebagai buruh perkilangan. Sekilas, kami tidak bisa mengenali apakah mereka sebagai warga Indonesia atau Malaysia.Pakaian yang dikenakan adalah pakaian melayu seperi ynag dikenakan masyarakat melayu pada umumnya. Ketika duduk disamping mereka, akhirnya kami bisa mengenali dari logat percakapan mereka bahwa mereka adalah warga negara Indonesia.

Seorang teman membawakan acara dan menyambut kehadiran mereka ” Ya, selamat datang kepada para TKI......” Seketika saya yang persis duduk disamping mereka, melihat raut muka marah mereka, kecewa kepada MC atas istilah ”TKI”. Terdengarlah gerutuan mereka ”Ko, TKI sih”. Saya segera menyampaikan hal ini kepada rekan MC, untuk mengganti istilah TKI dengan terminologi lain yang mungkin bisa lebih enak didengar oleh mereka.

Saat itu juga saya berpikir, seorang buruh bukannya TKI juga alias Tenaga Kerja Indonesia? Oh....paham mungkin TKI identik dengan pembantu rumah tangga, dan mereka buka berada di level itu. Rekan MC segera meminta maaf atas kejadian itu yang sebenarnya tidak mempuyai maksud untuk menyinggung perasaan para buruh kilang itu.

Jangan panggil kami ”Orang Indon”, tapi panggilah kami ”Orang Indonesia”

Kejadian lain yang tak kalah menarik adalah seputar penggunaan istilah ”orang Indon”. Semakin rendahlah orang kita ini ketika sebuah publikasi di media cetak dengan headline dengan menggunakan istilah ”Orang Indon.....”. Istilah ”Orang Indon” begitu popular dan memasyarakat bagi orang Malaysia. Ada pemaknaan yang sangat subjektif bahwa istilah ”Orang Indon” identik dengan kaum level bawah, pembantu dan miskin. Menyadari istilah itu kurang enak didengar, geram rasanya hati ini mengapa mereka tidak melengkapkan istilah dengan kata ”Orang Indonesia”. Istilah itu rasanya lebih enak didengar. Istilah ”orang Indon” juga sering terungkap dari dialog sehari-hari misalnya dalam sapaan ”awak orang Indon ya?”. Setelah mengetahui makna ”orang Indon” itu sedikit konotasi, maka berusahalah untuk mengklarifikasi dengan menjawab ”Kita orang Indonesia” Lawan bicara pun langsung tersenyum atas klarifikasi yang diberikan.

Tantangan Buat Kami

Disinilah keberadaan kami tertantang. Kami berusaha memeberikan image yang positif kepada orang Malaysia, bahwa orang Indonesia tidak serendah yang mereka pikirkan. Dalam kegiatan akademik misalnya, mahasiswa Indonesia terlihat punya semangat yang tinggi dalam belajar bahkan menjadi lebih kreatif dibandingkan dengan mahasiswa lokal atau mahasiswa internasional lainnya. Keaktifan mahasiswa Indonesia dikelas juga diakui oleh beberapa pengajar bahwa pelajar Indonesia cukup berpikir kritis dan kreatif.

Inilah salah satu buah tangan dari negeri Jiran yang bisa disampaikan. Mudah-mudahan bisa menjadi renungan untuk diri kita bahwa kita orang Indonesia juga ingin dihargai oleh bangsa lain termasuk oleh negara tetangga, Malaysia.Dua negara yang bertetangga yang sepatutnya saling menghormati.

Friday, November 14, 2008

WELCOME TO MALAYSIA





















Saturday, June 28 2008

Soekarno-Hatta Airport Indonesia

We arrived at Cengkareng, Soekarno Hatta Air Port, Indonesia about nine o’clock. I saw Mario Samuel with his girl friend was standing there. I had not seen my other friends yet, Ati, Farhan, Indah, Dewi, Alma and Abi. Friends, “where are you?” I said to myself. It’s already 9.30. My family dropped me, including my lovely husband. Pak Syafirin suggested us to wear formal clothes, because there would be a conference activity from one of media in Jakarta. But then, see…Ati was wearing T shirt with her lovely jeans. Oh…Samuel looked different with his shirt and tie. And one thing that made me wonder was Abi’s hair. Since the rule in UUM doesn’t allow students to have long hair, Abi with his all disappointment had to cut his hair. He said “that’s Ok, I’ve enjoy having this long hair for two years.” So do you want to see Abi with his new face? I will let you see.

Flying with Lion Air

The plane was Lion air with code 282 Boeing 737. Waw…it was my first journey with a plane. I couldn’t stop talking to my heart “is it a dream?” that I can fly. It would be different to seven of my friends, for them having flight is something common. Thanks God, You have given me chance to see the greatest thing that I haven’t seen before.Samuel, Indah and me were sitting in same line of seat, 16A, 16B, 16C. I prefer sitting next to the window of the plane to see the beautiful view from the air. Subhanalloh I said. Others were sitting in different line.

Arriving at Kuala Lumpur

After one half an hour, our plane arrived at International Airport of Kuala Lumpur. It was amazing that the design of the air port is really wonderful. The airport has six floors with complete facilities. There was a place which attracts our attention, yach….drinking water. If you are thirsty, just press the button, and drink from the machine of drinking water. Here is the picture, Farhan was drinking from the water drinking machine. Do you find it in Indonesia?

We were so starving. We entered one of the food courts in Pudu Raya. Pudu Raya is the name of bus station in Kualalumpur. We planned to have a journey by bus to reach Allor Setar. It would take about 10 hours from Pudu Raya to Allor Star.

Sunday, June 29 2008

Picked by Prof. Syah in Changlun

Prof. Syah was waiting in Changlun to pick us up at 10 o’clock. Changlun is small city in Kedah –Malaysia. Prof. Syah is so nice, welcoming us in Changlun. Then, he offered us to have breakfast. The time is almost 11 P.M in Malaysia, one hour earlier than Indonesia

Finally, we arrived at Bukit Kachi, the place where we are going to stay for about ten months. The place is surrounded by hill area with complete facilities especially for exercise such as playing badminton, tennis, swimming. Dewi is planning to go to the Gym, but still searching, where is the place?

Monday. June 30 2008

First Visiting to Universiti Utara Malaysia

It was our visiting to Universiti Utara Malaysia (UUM). Just to inform you that UUM was established on 16 February 1984. The location is at Sintok, 48 kilometers north of Alor Setar, the State Capital of Kedah Darul Aman and 10 kilometers east of Changlun, a town the Nort-South Highway.

Again, Prof Syah welcomed us. We visited his office, the simple room with warm smile from him. We really appreciate what he has done for us.

Tuesday, July 1 2008

It’s time to register. We received some guidance books, a t shirt and a bag written UUM. Many thanks.

Wednesday, July 2 2008

Visiting library was the next destination. As usual, Mas Pandit leads us to register. A librarian was ready to present the main information about the library. This is the biggest library that I’ve ever seen. The name of library is SULTANAH BAHIYAH. The library

is a five storey building which provides facilities for teaching and learning. Each master student can borrow 20 books for 30 days. It’s a great, isn’t it?

Still on Wednesday, Prof Syah with his a great offer, asked us to go to Changlun. Waw, we were going to have dinner together in Anjung Restaurant. Do you want to know something? Something bad happened to Alma before having dinner. While we were waiting for Boys group in Mas Pandit’s car, someone (a dark man) yielded Alma by saying “ 5 Ringit for one night” She screamed spontaneously: “NO” OH Alma How Poor You are……

Thursday, July 3 2008

On Thursday, I accompanied Indah (my roommate) to go to the dentist. She had a little problem with her teeth. But you know, what happened? After registering and queuing, the doctor said “ Tidak ape ape, gigimu elok, indah, tak ade karang ” It is assumed that I Indah does not have any problem with her teeth.

Friday, July 4 2008

Well, we are browsing, using internet in front of Mona restaurant. There is no agenda anymore, since today is off day for academic life. So, we are spending our time here.

Genting, City of Entertainment

Kami begitu penasaran dengan yang namanya Genting. Dalam persepsi personal saya, Genting sebuah tempat terhampar luas khusus unjuk pengunjung Kasino. Untuk mencapai kesana kami harus menaiki kereta gantung yang katanya terpanjang di Asia Tenggara dengan waktu sekitar 15-20 menit. Pemandangan yang bisa dinikmati dari atas kereta adalah hutan tropis yang sebenarnya Indonesia memiliki keindahan yang jauh lebih indah. Setibanya di area Genting, barulah masing-masing dari kami mulai menikmati suguhan area genting yang sesungguhnya. Genting dengan jargon area ” City of Entertainment” menawarkan berbagai sarana hiburan berupa shopping center, supermarket, central of merchandise, food court, dan tentunya yang menjadi main attraction adalah Genting de Casino.

Perjalanan kami ke Genting dimulai dari Pudu Raya (sebuah terminal bis di Kuala Lumpur Malaysia) dengan sebuah bis. Perjalanan dengan bis memakan waktu sekitar dua jam. Hanya kami berenam yang mengunjungi Genting karena Dewi sudah pernah mengunjungi sebelumnya, dan Abi memutuskan tidak ikut liburan bersama kami. Walaupun begitu, kita tetap kompak dengan petualangan baru menuju Genting De Casino. Dua puluh menit sebelum tiba di Genting Island, hawa dingin dan sejuk mulai terasa dari dalam bis. Pemandangan yang indah nan hijau memberikan relaksasi mata sekejap dari ramainya kota Kuala Lumpur. Asosiaku, Genting menyerupai Puncak Pass Bogor-Cianjur yang ada di Propinsi Jawa Barat. Sama tapi tak serupa.

Ada satu kejadian menarik ketika kami mengunjungi area Kasino. Indah, teman kami yang memakai jilbab rapi, rok panjang yang tentunya orang akan langsung menerka dia adalah seorang muslim. Kita tahu bahwa orang Malaysia sendiri khususnya yang muslim dilarang masuk area kasino. Ketika memasuki entrance gate, seorang security meminta Passport dan meyakinkan bahwa kita bukan warga negara Malaysia. Banyak pasangan mata tertuju pada Indah, termasuk security di dalam. Saya yang berdiri disamping Indah bisa menerka dari tatapan mata mereka bahwa Indah adalah seorang muslim, atau mungkin mirip warga negara Malaysia. Saat pisah di area kasino, Indah dan saya sempat berjalan ke arah yang berbeda. Seorang security bertanya dengan penuh sorot mata ke Indah: ”Ka, cari siapa?” dengan wajah penuh takut Indah menjawab :” Nggak, saya cari teman?” Penampilan yang cukup ekstrim dari sudut pandang seorang security kasino tampak mengahampiri sosok Indah yang berjilbab lebar. Sayang kami tidak diizinkan mengambil gambar disana. Penjagaan oleh pihak keamanan sangat ketat.

BUKIT KACHI NAN INDAH



(Sintok-Kedah-Malaysia/29 Agustus 2008, Saat sepi mendera hati)

Pohon-pohon tampak berseri di bukit Kachi
Air hujan merubah sepi menjadi musik alam yang bernada
Suara orang mengaji di sudut mesjid ...
Menambah Kachi semakin beradab

Tak tampak orang berlalu lalang
Karena hujan membasahi alam Kachi
Satu, dua orang melangkahkann kaki di jalan yang teduh
Kiranya...
Mencari sesuatu untuk jatah perut di siang sunyi

Pohon-pohon didepan kamarku
Seolah kedinginan, namun tampak segar dengan guyuran air dari alam
Kini....
Suara burung mulai bersahutan
Menambah riang kachi yang sepi
Ternyata monyet hutan semakin bersahabat
Terkedang menyapa dengan gerak loncat kian kemari
Tak semua suka dengan pemandangan itu
Sebagian teriak katakutan
Sebagian menyapa kembali dengan senyum
Sebagian siap menimpuk badannya

Dan....
Sebagian berkata ” Ah itu monyet biasa”
Yang juga sahabat kita

PANGALAMAN KURING KULIAH DI NAGRI JIRAN (MALAYSIA) Dalam Bahasa Sunda


































Program Master of Business Administration Tourism and Hospitality Management, Universiti Utara Malaysia

Teu karasa wanci mani asa nyerelek. Geus lima bulan kuring di dieu tepatna di Nagara bagian Kedah-Malaysia Utara. Minangka na mah keur neangan elmu jang bekeul hirup kulawarga anu dipikaridho ku Allah SWT. Kuring alhamdulillah narima beasiswa jeng tujuh babaturan nu lainna. Pengalaman anu endah kalayan reueus ningali nagara batur anu leuwih maju di bandingkeun jeung nagara sorangan. Nagara Malaysia geus mintonkeun kahebatan dina sagala bidang kahirupan, boh teknonlogi, pendidikan jeung bidang-bidang lainna. Teu aneh lamun ayeuna loba urang Indonesia anu keur neangan elmu di tingkat sarjana, pasca sarjana jeung Doctor di Malaysia, padahal baheula mah ceunah orang Malaysia anu sarakola ka Indonesia.

Teu Nyangka kuring bisa ngarasakeun kaendahan tur kamajuan nagara tatangga urang, Malaysia. Jalma-jalmana saromeah, balageur tur saropan. Kuring ngarasa beutah didieu. 28 Juni kuring jeung tujuh babaturan saperjuangan anu narima beasiswa ti DEPDIKNAS, ngawakilan Universitas Sahid Jakarta pikeun neruskeun Double Master di bidang Pariwisata. Mun ceuk urang mah double master teh titelna aya dua, nuhiji Master Management, nu hiji deui Master of Business Administration . Kuring mah lain ku hayang-hayang teuing ku gelar atawa titel, ngan hayang ngarasakeun sakola di luar nagari teh jiga kumaha. Alhamdulillah Allah ngaijabah doa kuring indit ka nagara tatangga pikeun nyiar elmu nu kudu di manfaatkeun keur kaharipun dina waktu engke.

Ayeuna, kuring karek rengse final exam atawa ujian akhir. Sarengsena ujian hate ngarasa jongjon ceuk kolot baheula mah lir ibarat bisul geus bucat, bebas euy! Kuliah di dieu teu bisa nyantai kawas di Indonesia. Lamun tugas kudu on time, teu menang henteu. Eweuh nu ngaran tugas-tugas telat, forget to submit, terus ngomong ka dosen ”maaf, Pak/bu tugas saya nanti minggu depan”. Lamun gaya urang jiga kitu, geus tong ngahareup lulus kuliah, mending balik bae ka lembur babantu Ema atawa Bapak di sawah. Jadi inget hiji kalimat dina pupuh Maskumambang lamun teu salah kieu: ”Ulah lalawora, bisi engkeu henteu naek”. Tah eta mereun nu dimaksud, yen sakola teh kudu beneur, lain ngan saukur gagayaan wungkul.

Bahasa nu dipake di dieu nyaeta bahasa Inggris, utamana keur kuliah. Tapi lamun sahari-hari mah biasana make bahasa Melayu (Malaysia) atawa Indonesia. Dina bahasa Indonesia saenggeus di perhatikeun loba harti anu sarua jeung bahasa Malaysia. Tapi, keu heula ulah waka sakadaek ngucapkeun sagala bahasa Indonesia jeung orang Melayu, cilaka! Aya sababaraha hiji anu ucapanna sarua tapi hartina jauh pisan. Anu paling ngerakeun mah, lamun keur ngobrol di masjid jeung orang Melayu, tapi kanyataana eta kecap ngandung harti anu beda. Nu aya silih sueri. Salah sahiji conto, tong nyoba-nyoba nyebut kecap ”butuh” di malaysia sabab hartina ”alat vital manusa” (Punteun nya). Lamun ngadenge kecap ”seronok’ geus tangtu kana pikiran urang hartina ”mesum”. Di dieu ”seronok” hartina ”bungah alias gumbira”. Nu leuwih aneh deui, lamun urang ningali iklan-iklan sapanjang jalan aya kalimat saperti kieu ” Kita melayani pelanggan harus penuh dengan kemesraan”. Tong negatif heula pikiranna kemesraan didieu hartina”ka pelanggan kudu someah” .

Conto diluhur mangrupakeun hiji kanyataan yen urang kudu hati-hati dina ngecapkeun hiji maksud, ceuk bahasa kerenna mah ambeh teu ”misunderstanding” alias salah paham. Can katambah salah paham lamun urang keur ngobrol jeung babaturan ti nagara lain. Di asrama tempat kuring cicing, loba mahasiwa ti nagara Cina, India, Arab, Afrika. Tempat kuliah kuring di Universiti Utara Malaysia, salah sahiji syarat bisa asup nyaeta lulus bahasa Inggris. Lamun can bisa bahasa Inggris, aya kelas khusus kurang leuwih sataun ajang nyiapkeun kamampuan komunikasi bahasa Inggris. Alhamdulillah kuring jeung babaturan nu tujuh, teu ngarasa bahasa Inggris jadi panghalang komunikasi. Salah-salah saeutik mah, wajar lah bisa dimaklum ku balarea. Kuring di dieu ngarasa bersyukur ka Allah, elmu kuring waktu S1 di IKIP Jakarta (Ayeuna UNJ/Universitas Negeri Jakarta) lantaran jurusan kuring pendidikan Bahasa Inggris, ayeuna tangtu elmuna kapake pisan. Tugas-tugas kudu ditulis bahasa Inggris, presentasi nya kitu deui. Kagiatan di jero kelas jeung dosen oge, wajib ngomong bahasa Inggris.

Kalayan kitu, kuring tetep ngarasa kudu leuwih loba latihan, loba tugas-tugas essay anu ngabutuhkeun elmu bahasa Inggris anu hade dina grammar, vocabulary, atawa tenses anu saluyu jeung maksud urang dina ngarangkai tulisan. Indah, orang Padang babaturan sakamar kuring, kadang sok stress sorangan sabab mikiran bahasa Inggrisna nu kurang alus. Padahal mah teu goreng-goreng teuing, nu penting bisa komunikasi. Urang ge kudu nyadar yen bahasa Inggris lain bahasa urang sapopoe, kukituna kasalahan sauetik-eutik mah wajar pisan.

Aya hiji mata kuliah anu matak deug-deugan ka sararea, nyaeta The policy and Planning in Tourism Development(Kabijakan jeung perencanaan dina Perkembangan Pariwisata). Ceuk beja eta dosen hade pisan, eweuh tandinganana, saha –saha mahasiswa anu kapanggih plagiat kuer tugas, moal mikir panjang deui si dosen moal ngaluluskeun. Ngadenge carita kitu kuring jeung babaturan nu tujuh kudu tatan-tatan diri. Ceuk pikir, tangtuna plagiat teh geus kaasup kriminal dina penulisan karangan ilmiah, jadi asa wajar lamun dosen ge teu panuju kana eta plagiarism. Kukituna, kuring kudu positive thinking ka eta dosen. Lain professor lamun manehna teu pinter. Poe kahiji asup kuliah kelas Prof. Kadir (Ngaran Professor anu ngajar), kuring jeung tujuh lainna nyiapkeun diri asup ka ruangan FE12 (lantai opat gedung Fakultas Ekonomi, Art and Science).

Teu nyangka.....

Professor anu sakitu someahna, ngenalkeun dirina kalayan pangalaman pendidikan jeung ngajar di sababaraha nagara batur). Aduh,....caritana matak reueus, kuring ngarasa ”I am nothing”. Professor anu low profile, lir ibarat anu nganut ”elmu pare” . Loba elmuna, tetep nunduk nguruyuk saperti pare anu keur ngeusi ku beas. Syukur nikmat kuring di dinya, naha professor-proffesor di urang kalobaana aradigung garedu hulu,sombong kutitelna. Sedih kuring.....Aya hiji panghareupan dina panglamunan profesor-profesor urang oge bisa leuwih ti kitu, pinter lain keur dirina, aya rasa niat jang ngamajukeun pendidikan di nagara urang. Duh mun kitu, kacida bungahna mereun.....

”Well, I have introduced my self, now it is your turn to introduce yourself” Ceuk Professor bari jeung sorana nu halimpu tapi tegeus. Kuring jeung nusejenna ngenalkeun diri saurang-saurang, ti mimiti nyebutkeun ngaran, pangalaman gawe, jeung alesan asup ka kelas Master Management for Tourism and Hospitality. Rambut dina sirahna geus satengah huis, tapi waragana mintonkeun sumangat anu kacida hebatna. Kamampuan intelektualna katingali tina sorotan matana anu pinuh ku makna, lain ngan saukur omong kosong, tapi dina satiap kecapna ngandung harti anu sakitu jerona. Professor Dato Dr.Abdul Kadir Bin Lebai Din, eta nama anu lengkapna sauniversitas Utara Malaysia ngaran ieu professor kasohor pisan, tangtuna manehna jalma anu dipihormat ku balarea. Hiji pelajaran anu bisa kukuring katarima dina poe kahiji kuliah jeung Prof. Kadir nyaeta “Lain kasombongan anu kudu di pintonkeun, tapi urang kudu mikir kumaha carana elmu nudipiboga bisa manfaat jang nu sejen batur”.

Sajeroning kuliah di dieu, kuring ngarasa ayana kamajuan teknologi anu luar biasa. Sagala fasilitas jeung kabutuhan mahasiswa geus jadi hiji sistem di komputer. Ceuk kecap nu lain mah ”computerized system”. Lamun urang rek minjem buku atawa ngabalikeun buku ka perpustakaan, sagala rupana gues diatur pake mesin jeung komputer. Nya kitu deui lamun urang rek mayar beus waktu indit kuliah, teu kudu riweuh-riweuh nyiapkeun recehan jang ongkos, cukup ku nempelkeun kartu mahasiswa di mesin anu gues disadiakeun, urang geus dianggap mayar. Hade lin? Fasilitas olah raga, tinggal daekna, nu rek renang, tenis, sepeda, senam gym, badminton, atawa sepak bola. Kabeh geus sadia.

Tangtuna, urang ulah ngan saukur nongton kana eta kamajuan di nagara tatangga. Urang ge kudu mikir kumaha carana ngamajukeun nagara khususna di bidang Pendidikan. Sanajan, lobana orang Indonesia nu aya di dieu, matak mangkarunyakeun lamun aya orang Malaysia anu sok ngarendahkeun urang Indonesia. Majarkeun teh, urang Indonesia mah ngan bisa buburuh leutik, mariskin, jeung jadi pembantu. Mun ngadenge eta kecap, kuring nungarasa jadi urang Indonesia, sok perih kana hatena. Ceuk pikir, pembantu oge manusa anu kudu ku urang dihargaan. Kadang urang teh teu nyadar, yen pembantu teh geus bagian anu penting jang nganbantu ekonomi di Indonesia, naha tepi kadieu manehna di injeuk harga dirina. Tangtu maranehna teu bisa walakaya dina masalah diskrimasi buruh, anu aya dina pikirana ngan saukur ngeusi beteung, terus bisa nyesakeun gaji bulanna jang bekeul balik keur anak, kulawarga anu ditinggalkeun.

Dina waktu ieu, kuring oge can bisa mere naon-naon ka nagara. Ngan kuring sadar bisa kuliah didieu teh hiji amanah anu ku kuring kudu dilaksanakeun ku hate anu bersih. Ceuk Pak Dai Banctiar mah (Duta Besar Indonesia jang Karajaan Malaysia) dina pidatono, September 2008, urang di dieu teh kudu tetep ngajaga amanah nagara, jeung martabat Indonesia. Aduh luhur pisan bahasana, ceuk sederhanamah urang teh kudu tetep ngajaga ngaran Indonesia kumintonkeun kahadean tindak-tanduk urang sajeroning aya di Malaysia.

Minangka panutup ieu carita kuring salaku nu nulis, hampura lamun aya basa anu teu salauyu jeung hate nu maca. Kuring maparkeun ieu carita dina bahasa Sunda anu kuring sorangan yakin loba kakuranganana. Aya hiji rasa sono ka basa sunda sajeroning kuring di dieu. Basa Sunda anu sakitu lengkep ku undak-unduk basana, urang sunda anu saromeah, tur kabeungharan hate jalma-jalmana di wewengkon tanah sunda.

Thursday, November 13, 2008

ANTARA PANJALU (INDONESIA) DAN SINTOK (MALAYSIA)



Tepat sudah dua bulan aku di negeri Jiran, Malaysia untuk menjalankan studi S2ku. Alhamdulillah aku mendapat kesempatan ini bersama tujuh rekan lainnya. Tiga orang laki-laki dan lima orang perempuan termasuk aku. Kami menerima beasiswa dari Departemen Pendidikan Nasional dan Universitas Sahid mengikuti program Dual Degree di Universiti Utara Malaysia di Sintok Darul Aman Kedah, negara bagian di wilayah utara Malaysia. Ini memang impianku sejak dulu, aku bisa melanjutkan kuliah S2ku dengan biaya beasiswa.

Setelah sekian seleksi aku jalani, serta diiringi dengan doa dan usahaku, sepertinya langkahku tak sia-sia. Tepat 28 Juni 2008 aku bersama tujuh rekan lainnya tiba di negeri ini.

Ini adalah kunjungan pertamaku yang namanya ke luar negeri. Berbeda dengan rekan lainnya, mereka sudah ada yang sudah biasa bulak balik ke luar negeri. ”Alhamdulillah” hati kecilku berkata ”saatnya aku bisa merasakan”.

17 Mei 2008 aku menikah dengan seseorang yang aku cintai, Yoppy Yohana namanya. Niatnya yang tulus dan pandangannya yang jelas mengenai hidup dan nikah, membuat aku luluh dan berani mengambil keputusan, bahwa aku mau menikah dengannya. Sebulan setelahnya, keputusan pengiriman mahasiswa ke Malaysia diumumkan. Dengan ikhlas suamiku memberikan izin dan dukungannya agar aku bisa mengikuti pendidikan lanjutan. Terharu rasanya atas peristiwa itu. Aku tahu, ini tak mudah dan perlu perjuangan dalam melakukannya. Dengan penuh semangat, atas izin suami adan keluarga, Allah pun mengizinkan aku tiba di Malaysia.

Suamiku tercinta kini mengajar di sebuah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Panjalu, Ciamis, tak jauh dari tempat tinggal orang tuanya. Tepatnya dia sebagai Pegawai Negeri Sipil saat ini. Aku sangat bangga atas keinginanannya untuk mengabdi sebagai seorang pengajar, didukung oleh latar belakang kuliah dia di bidang Kependidikan.


Bulan kelima di Malaysia

Ini adalah bulan kelima aku di Malaysia. Ujian akhir semester baru saja selesai.Rinduku ke tanah Panjalu semakin terasa. Aku sangat yakin suamiku tetap menjagaku dalam setiap sujud dan doanya. Keikhlasan saat melepasku, seolah memberi tambahan cinta tulusku untuknya. Walau fisik tidak bersama, namun hati merasa lebih dekat, terlebih dengan adanya suatu ikatan yang halal yang harus di pertanggungjawabkan di depan Allah SWT.

Rindu dari Tanah Sintok, Malaysia, untuknya senantiasa bergulir seiring bergantinya siang dan malam. Kata-katanya yang sederhana namun selalu mengena menjadikan aku memiliki semangat baru saat studi disini. Tugas-tugas kuliah yang menumpuk, penulisan essay, paper, bahan presentasi, terkadang melelahkan otak. Tapi alhamdulillah semua bisa diselesaikan tepat waktu.

Tanggal 24 November 2008, saatnya aku dan teman-teman pulang ke Indonesia, menikmati masa break semester kurang lebih sebulan. Ya....liburan yang ditunggu. Kini, tinggal menghitung hari saja menuju tanggal 24. Rasanya sudah tak sabar bertemu dengan keluarga dan tentunya suami tercinta. Awal Januari kita harus kembali ke Malaysia untuk menyelesaikan satu semester lagi. Semoga, selalu ada semangat baru dalam setiap langkah hidupku. Semoga perjuangan ini bisa dipetik suatu hari nanti. Semoga buah kesabaran aku dan suamiku bisa memeberi nilai lebih dalam mengarungi kehidupan. Dan semoga rinduku dari tanah sintok ini tersampaikan oleh hembusan angin dengan penuh doa dan diterima oleh hati yang menyimpan rindu juga oleh seseorang yang aku cintai di tanah Panjalu. Inilah antara Sintok dan Panjalu, tersimpan sebuah rinduan yang tulus.

Cable Car in Pulau Langkawi-Malaysia



Bagi yang takut dengan ketinggian, jangan coba-coba menaiki cable car yang berada di Pulau Lengkawi Malaysia, karena kita akan merasa mau mati melihat ketinggian hampir 700 meter di atas permukaan laut. Pulau Lengkawi di buka dan dikembangkan pada masa pemerintahan Mahatir Muhammad dengan menawarkan berbagai bentuk atraksi, diantaranya pesona ketinggian Cable Car ini. Ada dua titik pemberhentian semacam station kereta gantung, pertama pada ketinggian 500 dan selanjutnya di 700 meter diatas permukaan laut..

Sungguh mengerikan, rasanya aku tak sanggup membuka mata terus dan menatapnya ke bawah. Jantungku rasanya mau copot, dan kematian seolah didepan mata. Lintasan Cable Car di Pulau Langkawi jauh lebih tinggi dibandingkan menuju Casino di Genting island. Indah, sahabatku, nyaris tak mampu berbicara apa-apa karena menahan ketakutan yang terpendam, sementara aku kadang berteriak dan menyelip di antara duduk teman-teman. Kenyataannya, area lintasan akan baik-baik saja tanpa kita berteriak pun, ini hanya sugesti dari perasaan kita masing-masing.

Tibalah pada ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Dingin yang mulai terasa, kaki gemetar karena harus melintasi jembatan diatas 700 meter itu. ”Ya Allah, lututku rasanya mau copot, melihat pemandangan ke bawah dan laut begitu tampak sempit. Jika cuaca sedang cerah, maka akan terlihat jelas tiga negara berdampingan Thailand, Aceh (Indonesia) dan Thailand. Tapi sayang saat itu cuaca kurang mendukung sehingga pandangan kami akan pulau negara-negara tersebut kurang jelas.

Disitulah, ucapan syukurku terucap dari kejujuranku sebagai manusia. Allah menjawab doaku untuk menunjukkan keagungan-Nya yang lain yang belum pernah aku lihat sehebat ini. Tak hent-hentinya aku mengucap ”alhamdulillah, subhanalloh”. Aku semakin mengakui Kebesaran Allah, Kekuasaan Allah, Maha Karya Allah yang tidak bisa dibandingkan dengan hasil karya siapa pun. Menciptakan alam semesta dengan penuh keseimbangan, menjaganya tanpa henti, menciptakannya tanpa rasa sombong.

Segera perenunganku terucap:

Ya Allah, maafkan kami manusia yang sombong di muka bumi

Ampuni kami telah merusak maha karyaMu yang agung

Bukakan mata hati kami dengan nilai-nilai kebenaran

Jauhkan kami dari keingkaran atas Keaguangn-Mu

Ya Allah

Sujud syukurku ...

Tak mampu membayar keagungan-Mu.

Ampuni hambamu yang lemah ini

Inilah jawaban doaku?

Kini

Kau telah menunjukkan keagungan-Mu tanpa batas

Yang kadang tak bisa dicerna dengan alam logika manusia

Ya Allah

Ampuni segala bentuk khilaf yang telah umat-Mu perbuat

Tuntun kami pada kebenaran yang hakiki

Karena semua yang ada di muka bumi ini

Adalah milik-Mu

Untuk Suamiku Tercinta di Ciamis-Indonesia


Untuk Suamiku....
Februari 2006 aku ditanya, maukah aku jadi istrinya?
April 2006 aku dilamarnya
Hampir setahun melewati masa menunggu menuju waktu yang ditunggu
Mei 2008 ijab qobul pernikahan pun terucap
Juni 2008 aku harus pergi menuntut ilmu di negeri Jiran
Dan meninggalkan dirinya....
Untuk sementara


Kini...
Allah mengijabah doaku
Kesempatan menikmati keagungan-Nya yang lain
Subhanalloh...
Sujud syukurku kepada-Nya
Bulan kedua di negeri Jiran....
Rindu terus kusimpan untuk suamiku tercinta
Kadang,tak terasa aku menangis ketika rindu itu tak bisa terelakkan

Teringat ibuku
Kakak-kakakku
Adik-adikku
Dan tentunya suamiku
Mereka adalah pelipur lara
Mereka adalah bunga kehidupanku
Doa mereka adalah ketenanganku
Dukungan mereka adalah semangatku
Dan
Cinta mereka adalah bukti cintaku

(Kedah-Malaysia, dengan segala rindu untuknya)

Dibalik puisi "Wahai Manusia Bumi" dan Detik Menjelang Pembacaannya



Sangat lucu dan terharu kejadiannya. Saat itu aku diperkenalkan dengan seorang teman baru, Tommy namanya. Kecil, hitam dan nggak nyangka dibalik kesederhanaannya tersimpan talenta yang maha tinggi dalam sastra.
Singkat cerita iya mengajakku untuk ikut lomba puisi. Lalu apa yang terjadi. Responku ”Sangat positif” saat itu aku seolah menemukan duniaku yang pernah hilang tampil di depan banyak orang dengan membacakan puisi. Tak bermaksud sombong atas niat itu, tapi aku jujur ingin rasanya berekspresi lagi diatas penggung.

Aku tidak mengerti apa tema yang akan dibawakan, katanya seputar”cinta, kasih sayang dan manusia. Teringat kumpulan puisiku tersimpan di komputer rumah di Bekasi. Yang ada di laptopku, ternyata hanya puisi rintih rindu dari seorang istri kepada suaminya. ”Aduh, rasanya tak tepat kubawakan topik ini”

Malam semakin larut, lomba puisi tinggal satu hari lagi. Aku tahu para peserta adalah mewakili antar kolej yang ada di Universiti Utara Malaysia. ”Ah, pasrah niatku” yang penting aku mau mencoba, menang atau kalah bukanlah prioritas. Kubuka segera laptopku, kutuangkan ide baruku lewat patahan kata puisi. Entah dari mana ide itu muncul, alam pikiranku saat itu penuh dengan dengan kekecewaan atas seorang sikap manusia di muka bumi ini. Dan terlahirlah puisi baruku dengan judul ”Wahai Manusia Bumi”

Segera kutelp partnerku Tommy untuk mempersiapkan diri atas puisi yang baru untuk dibacakan nanti malam. Aku tiba di depan restaurant Ka Mona, tempat pertama pemberhentian bis UNIC (Bis Mahasiswa di UUM). Segera kuberikan puisi yang telah kuprint sebelumnya. Tommy tak berkomentar banyak atas hasil karyaku. Aku sadar hasil karyaku mungkin jauh dari sentuhan seni, dibanding untaian katanya-katanya yang indah bahkan sempat menjadi puisi prolog untuk sebuah film yang membludak laku dipasaran Ayat-ayat Cinta. Pergaulannya dengan orang-orang seni seperti W.S Rendra, Sutardji Choljum Bahri, membuatku tidak ragu bahwa dia memang orang yang mengerti tentang seni dan puisi.

Indah, roomateku dari Padang tiba-tiba dengan semangat 45 mendukungku dari mulai latihan dadakan di depan lapang bola dan gladi resik di gedung latihan siswa Kolej DPP Bank Rakyat. Aku dan Tommy melatih vokal dan ekspresi di depan kaca yang lebar. Seorang teman dari Malaysia sibuk mendokumentasikan latihan kami. ”O my God, semua serba dadakan”,ucap dalam hatiku. Untung ada Gilang kakak kelasku di Sahid yang bersedia memetik gitar untuk menambah menarik performa kami.Saat itu Gilang baru saja tiba dari Jakarta untuk menghadiri convocation (wisuda).

Saat Lomba Tiba....

Detik lomba sebentar lagi, aku masih sibuk wara wiri memakai kebaya hijau kesukaanku (Memang Cuma itu yang di bawa ke Malaysia ko, he he). Mba Dewi rekan seperjuangan dari Sahid, sibuk menata rambutku. Ati dan Alma pun tiba-tiba jadi asisten mba Dewi menyiapakan jepitan rambut karena mengurus rambutku yang tipis dan susah diatur. Saat panik bertempur dengan waktu lomba, seorang teman bernama Fiza, mahaiswi S1 yang kebetulan berada di kamar sebelahku, meminta fotoku dengan pakaian kebaya itu. Indah pun membawakan tas gemblok favoritku ”Eager” ke tempat lomba. Tak lupa aku pun minta doa dan restu dari Suamiku tercinta di Ciamis, bahwa aku mau lomba malam ini.

Nomor 14 adalah giliranku. Aku, Tommy dan Gilang mempersiapkan diri di belakang panggung. Doa yang disarankan dari suamiku, terus kubaca hingga menjelang lomba. ”Ya Allah tenangkan hatiku” . Kini saatnya nomer 14 tampil.

Skenario panggung telah aku susun dengan baik. Gilang telah mengerti konsep yang kuberikan. Kami adalah satu-satunya peserta yang tampil beda (Ih....sombong). Tapi memang benar peserta yang lain tampil secara solo, sementara kami tampil bertiga, Gilang sang pemetik Gitar, Tommy yang maju duluan dan setelah itu tibalah aku ke tengah-tengah panggung. Pembagian baca puisi telah diatur dengan jelas siapa yang membaca duluan lalu giliranku, dan kata-kata mana yang harus dibaca secara bersamaan.

Seru rasanya.....

Kulihat teman-temanku tampak duduk berderet menyaksikan performa kami bertiga. Aku hanya berekspresi atas apa yang kumampu. Tommy kelihatan lebih ekspresif dibandingkan waktu latihan dua kali di depan lapang bola dan gedung DPP Bank Rakyat. Tommy semakin berpower, dan aku senang artinya masukanku tak sia-sia.

Pengumuman lomba pun tiba.....

Dewan juri meninggalkan meja kehormatan, artinya siapa pemenangnya untuk lomba ini akan segera diketahui. Aku pun jujur berharap-harap cemas akan hasilnya nanti, walau di awal aku sudah cerita menang kalah bukanlah prioritas. Pengumuman pemenang dimulai dari juara ketiga, aku lupa nama istilah bahasa Malaysia untuk mengumunmkan kejuaraan, yang terakhir didengar adalah ”JOHAN, daripada puisi ”Wahai Manusia Bumi” dibacakan oleh Titing Kartika dan Tommy” Penonton bersorak terutama teman-temanku pendukung dari Indonesia. Semua tampak riang dan kami bertiga segera menaiki panggung untuk menerima piala dan parcel makanan. Temanku bertanya. ”uangnya berapa Tik?” Ah malu rasanya karena hadiahnya hanya piala dan parsel makanan besar yang bisa dimakan rame-rame.

Parsel makanan pun dibuka di kantin bukit Kachi, Gilang dengan talenta bermain gitar melanjutkan petikannya dengan diiringi lagu-lagu jaman baheula. Seprti biasa lagu favoritku juga dinyanyikan bersama ”Kemesraan” dengan lirik yang sedikit berubah agar lebih kontekstual dengan alam bukit Kachi nan dingin menjelang malam.

Inilah liriknya:

Suatu hari, dikala kita duduk di bukit Kachi...
Dan memandang pepohonan yang rindang di bukit kachi...
(Dan seterusnya.....)

Semoga kemesraan itu selalu ada, tak pernah hilang dari genggaman tangan dimanapun aku menginjakkan kaki bersama teman-teman.