Monday, April 27, 2009

KECEPATAN BATIN LEBIH CEPAT DARI KECEPATAN CAHAYA

Dalam renungan batin, aku teringat sebuah ungkapan hatinya saat itu, jauh sebelum aku pergi ke negri Jiran. Saat itu jarak Kota Bekasi dan Desa Panjalu telah menjadi latihan dasar dalam memupuk cinta yang kami punya. Inilah ungkapannya:

”kecepatan batin lebih cepat dari kecepatan cahaya.Walau belum ada ilmuwan yang menemukan rumus di atas aku yakin itu. Walau aku dan dia ada perpisahan fisik dulu tapi engkau telah menciptakan akal dan hati hingga aku merasa dekat” (Yoppy Yohana, 2007)

”Engkau pun dekat Ya Allah karena sebagian kecil dari SIFAT, ZAT DAN ASMAMU engkau berikan pada manusia termasuk hamba. Engkau pun akan mengetahui sampai hati yang terdalam kepada seluruh ciptaanMu karena 3 hal di atas.” (Yoppy Yohana, 2007)

Dua quote diatas adalah bagian dari perasaannya. Pasca satu bulan ijab qobul Mei 2008, aku dan dirinya berusaha melatih kesabaran kembali. Ya sabar untuk segala hal. Dan ketika rindu itu datang, aku hanya bisa membuka ungkapan hatinya yang pernah di tulis di dalam notebook ini.

Dua semester segera berlalu. Kini aku tinggal menghitung hari untuk bisa kembali ke pangkuan tanah kelahiranku. Dua semester yang cukup melelahkan dengan segala tumpukan tugas kuliah, akhirnya aku bersyukur bisa melewati masa-masa itu. Rindu untuk suamiku hanya bisa aku simpan dalam hati, dan kuminta kepada-Nya agar rindu tulusku tersampaikan dalam hembusan doa penuh cinta.

Rindu, harapan, kesetiaan, dan keikhlasan adalah pupuk cinta untuk kami. Tak ada yang bisa menggantikan ketenangan diri kita selain hati kita sendiri. Antara Sintok-Malaysia dengan Panjalu-Indonesia telah menjadi bukti kekuatan cinta yang tulus diantara kami.

Untuk Aaku
Di tanah Panjalu
Sintok-Malaysia 27 April 2009

1 comment:

tsamroh said...

alhamdulillah, sekarang udah bisa kumpul lagi di indonesia yah.. :)